Rabu, 09 Januari 2013

Mengkoneksikan ke database mysql

Sebelum kita membuat web kita harus tahu bagaimana cara mengkoneksikan ke database mysql,jika tidak maka web/program kita tidak dapat dijalankan.Silahkan disimak ya keterangan dan langkah2 dibawah ini......................................

Karena program dirancang untuk berhubungan dengan database MySQL, maka terlebih dahulu harus dikoneksikan antara PHP dengan MySQL. Untuk melakukan koneksi ke MySQL, dalam tutorial ini dicontohkan dengan cara yang paling mudah. Kita akan menggunakan fungsi mysql_connect() dan mysql_select_db() dari PHP. Pastikan Anda mengetahui informasi letak hostname, username, password untuk masuk ke server MySQL dan juga nama database yang akan digunakan sudah disiapkan.

Berikut ini potongan program untuk melakukan koneksi. Letakkan di awal file index.phpyang telah dibuat di langkah sebelumnya atau dapat juga dibuat di file khusus dan di-include-kan.


  1. <?php
  2. /* koneksi ke db */
  3. mysql_connect("localhost", "root", "qwerty") or die(mysql_error());
  4. /* akhir koneksi db */
  5. ?>
     
    Potongan listing diatas dipakai untuk menghubungkan hal web dengan database di mysql.
     
     
     








Adaptasi dari website Achmatim.net

Minggu, 06 Januari 2013

2.1.2 Persediaan

Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam operasi perusahaan, selain itu persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan normal pada suatu perusahaan yang dilakukan secara rutin untuk memproduksi barang yang selanjutnya ditimbulkan pada konsumen. Pengertian persediaan menurut Freddy Rangkuti yaitu :
“Salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara

continue diperoleh, diubah kemudian dijual kembali.”

Sedangkan  pengertian  persediaan  menurut  Warren  Reeve   Fess   yang
diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan yaitu : “Digunakan untuk mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian  dijual  dalam  operasi  bisnis  perusahaan,  dan  (2)  bahan  yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah
unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang digunakan untuk dijual kembali atau digunakan dalam proses produksi.
2.1.2.1   Tujuan Persediaan

Dalam perusahaan seperti perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang memiliki persediaan yang beraneka ragam jenisnya, sehingga persediaan memiliki tujuan. Tujuan persediaan menurut Freddy Rangkuti terdiri dari :




“1.    Batch Stock/Lot Size Inventory

2.      Fluctuations Stock

3.      Anticipation Stock”

Adapun uraian dari tujuan persediaan adalah sebagai berikut :

1.      Batch  Stock/Lot  Size  Inventory,  persediaan  yang  diadakan  karena  kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat ini.
2.      Fluctuation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3.      Anticipation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan  yang  dapat  diramalkan,  berdasarkan  pola  musiman  yang terdapat  dalam   satu  tahun  dan  untuk  menghadapi  penggunaan  atau penjualan atau permintaan yang meningkat.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya persediaan,   maka   perusahaan   dapat   melakukan   efisiensi   produksi   dan penghematan biaya angkut, dapat menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan atau tidak beraturan serta untuk mengatasi jumlah pesanan yang telah diramalkan sebelumnya.



2.1.2.2   Fungsi Persediaan

Setiap perusahaan dagang atau manufaktur sepakat bahwa persediaan memiliki fungsi yang sangat membantu dalam setiap kegiatan usaha. Seperti yang




dijelaskan sebelumnya bahwa persediaan merupakan suatu hal vital dalam suatu perusahaan. Fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuti terdiri dari :
“1.    Fungsi Decoupling

2.      Fungsi Economic Lot Sizing

3.      Fungsi Antisipasi”

Adapun uraian dari fungsi persediaan adalah sebagai berikut :
1.      Fungsi  Decoupling  adalah  persediaan  yang  memungkinkan  perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses  individual  perusahaan  terjaga  kebebasannya.  Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.
2.   Fungsi  Economic  Lot  Sizing.  Persediaan  lot  size  ini  perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3.    Fungsi Antisipasi  yaitu  apabila  perusahaan  menghadapi  fluktuasi permintaan    yang    dapat    diperkirakan    dan    diramalkan    berdasarkan




pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).



2.1.2.3   Sifat Persediaan

Selain fungsi dan tujuan seperti yang dijelaskan di atas, persediaan pun memiliki sifat-sifat yang tidak bisa disamakan dengan harta lainnya yang dimiliki oleh perusahaan. Sifat persediaaan dijelaskan menurut Sukrisno Agoes yaitu :
“1.  Biasanya merupakan aktiva lancar (current assets), karena masa perputarannya biasanya kurang atau sama dengan satu tahun.
2.   Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri.
3.   Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan rugi laba, karena kesalahan dalam  menentukan dalam menentukan persediaan pada akhir periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, pembagian deviden dan rugi laba ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan keuangan periode berikutnya.”
Berdasarkan  pernyataan  di  atas,   dapat  disimpulkan  bahwa  sifat-sifat persediaan  merupakan  aktiva  lancar  yang  jumlahnya  besar  dan  mempunyai
pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi.




2.1.2.4   Jenis-jenis Persediaan

Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri pabrik (manufaktur), persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi. Karena itu jenis-jenis persediaan menurut Freddy Rangkuti terdiri dari :




“1.    Persediaan Bahan Baku (raw material stock)
2.     Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components)
3.      Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock)
4.      Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock)
5.      Persediaan Barang Jadi (finished good stock)”


Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut :

1.      Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
2.      Persediaan komponen-komponen rakitan    (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh  dari  perusahaan  lain,  dimana  secara  langsung  dapat  dirakit menjadi suatu produk.
3.      Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4.      Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu di proses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5.      Persediaan  barang  jadi  (finished  good  stock),  yaitu  persediaan  barang- barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim pada langganan.




2.1.3 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan dalam suatu perusahaan sangat diperlukan karena dapat menentukan kemajuan suatu perusahaan dan agar bahan yang ada dalam suatu perusahaan tidak terlalu banyak sehingga menimbulkan keusangan dan tidak terlalu sedikit sehingga perusahaan tidak kehilangan penjualan atau laba yang di dapat. Pengertian pengendalian persediaan menurut William K. Carter dan Milton F. Usry yang diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo yaitu :
“Pengendalian persediaan dapat dicapai melalui organisasi fungsional, pelimpahan tanggung jawab dan bukti-bukti dokumenter yang diperoleh pada berbagai tahapan produksi. Ada dua tingkat pengendalian persediaan yaitu pengendalian unit dan pengendalian uang.”

Sedangkan pengendalian persediaan menurut Sofjan Assauri yaitu :
“Suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan part (bahan baku dan barang jadi) sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran proses produksi penjualan dan kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan lebih efektif dan efisien.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 2 tingkat pengendalian persediaan yang penting untuk mengamankan persediaan terutama dalam  penentuan  dan  pengaturan  jumlahnya  serta  untuk  menjaga  kelancaran
proses produksi.




2.1.3.1   Tujuan Pengendalian Persediaan

Suatu pengendalian yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang dijalankan karena terdapatnya keseimbangan antara kerugian-kerugian serta  penghematan




dengan adanya suatu tingkat persediaan tertentu, dan besarnya biaya dan modal yang dibutuhkan untuk mengadakan persediaan tersebut. Tujuan pengendalian persediaan menurut Sofjan Assauri sebagai berikut :
1.    Menjaga jangan sampai  perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2.   Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3.    Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.”

Berdasarkan   pernyataan   di   atas,   dapat   disimpulkan   bahwa   tujuan pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya
yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan.

Biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan

Biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999:

172) dalam buku ”Manajemen Produksi” adalah:

1.    Biaya pemesanan (Ordering Cost)

Biaya pemesanan ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order)  dibuat  dan  dikirim  ke penjual,  sampai  barang-barang  atau  bahan- bahan  tersebut  dikirim  dan  diserahkan  serta  diinspeksi  digudang.    Yang


termasuk dalam biaya ini adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan bahan tersebut.
2.    Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory Carrying Cost)

Biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan yang meliputi  seluruh  pengeluaran  yang dikeluarkan  perusahaan  sebagai  akibat adanya sejumlah persediaan.  Yang termasuk dalam biaya ini adalah semua biaya yang timbul karena barang disimpan yaitu biaya pergudangan.
3.    Biaya kekurangan persediaan (Out of Stock Cost)

Biaya ini meliputi biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil daripada jumlah yang diperlukan seperti kerugiaan/biaya- biaya tambahan yang diperlukan karena pelanggan memesan suatu barang sedangkan bahan yang dibutuhkan tidak tersedia.
4.    Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (Capacity Associated Costs) Biaya-biaya tersebut terdiri atas biaya kerja lembur, biaya latihan, dan biaya pemberhentiaan  kerja.    Biaya ini  terjadi  karena  adanya penambahan  atau pengurangan kapasitas, atau bila terlalu banyak atau sedikit kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu.

2.2.1.   Persediaan bahan baku

Persediaan bahan baku menurut Assauri, Sofjan (1999: 171) adalah persediaan dari  barang-barang  berwujud  yang  digunakan  dalam  proses  produksi,  barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan   yang  menghasilkan   bahan   baku   bagi   perusahaan   pabrik   yang menggunakannya. Dalam penyelenggaraan persediaan bahan baku dari suatu perusahaan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku tersebut. Menurut Ahyari, Agus dalam buku “Manajemen Produksi Pengendalian Produksi” (1986:163) faktor-faktor tersebut adalah:
1.    Perkiraan pemakaian bahan baku

Sebelum perusahaan mengadakan pembeliaan bahan baku, terlebih dahulu manajemen perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku untuk keperluan proses produksi dalam perusahaan.    Dengan memperkirakan pemakaian bahan baku, maka manajemen perusahaan akan mempunyai gambaran tentang pemakaian bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi baik dalam hal jenis maupun jumlah bahan baku.
2.    Harga bahan baku

Harga  bahan  baku  yang  akan  dipergunakan  di  dalam  perusahaan  akan menjadi faktor penentu besarnya dana yang harus disediakan oleh perusahaan dalam  menyelenggarakan  persediaan  bahan  baku.    Semakin  tinggi  harga bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan, maka semakin besar pula dana untuk pengadaan bahan baku.
3.    Biaya-biaya persediaan

Dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku, perusahaan akan menanggung biaya-biaya persediaan.   Biaya-biaya tersebut meliputi biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
4.    Kebijakan pembelanjaan

Kebijakan  pembelanjaan  dalam  perusahaan  akan  mempengaruhi kebijaksanaan pembelian dalam perusahaan, dalam hal ini termasuk penyelenggaraan persediaan bahan baku.   Seberapa besar dana yang dapat dipergunakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku akan dipengaruhi oleh kebijaksanaan pembelanjaan yang dilaksanakan perusahaan.
5.    Pemakaian bahan

Pemakaian bahan baku dari perusahaan dalam tahun-tahun sebelumnya untuk keperluan produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan bahan baku.    Hubungan antara perkiraan  pemakaian  bahan  baku  dengan  pemakaian  bahan  baku sesungguhnya harus dianalisis secara baik, sehingga akan membantu penyelenggaraan persediaan bahan baku dalam perusahaan.
6.    Waktu tunggu (Lead Time)

Waktu tunggu merupakan tenggang waktu antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut.   Waktu tunggu akan berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku pada saat pemesanan bahan baku sampai dengan datangnya bahan baku.  Apabila pemesanan bahan baku yang akan dipergunakan tidak memperhitungkan waktu tunggu, maka kemungkinan akan terjadi kekurangan bahan baku yang akan menghambat proses produksi.
7.    Model pembeliaan bahan (Method)

Model pembeliaan bahan yang dipergunakan oleh perusahaan akan menentukan besar kecilnya persediaan bahan baku yang diselenggarakan perusahaan. Model pembeliaan bahan yang berbeda akan dapat menghasilkan jumlah pembelian optimal yang berbeda pula.
8.    Persediaan pengaman (Safety Stock)

Dengan tersediaanya persediaan pengaman, maka proses produksi di dalam perusahaan akan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan kehabisan bahan baku.   Persediaan pengaman akan diselenggarakan dalam suatu jumlah tertentu yang tetap dalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
9.    Pembelian kembali (Re Order Point)

Perusahaan  akan  mengadakan  pembeliaan  kembali  terhadap  bahan  baku secara berkala dalam menjalankan operasi perusahaan.   Pembelian kembali ini akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan, sehingga akan mendatangkan bahan baku tepat pada waktunya.
2.3.1.   Pengertian pengendalian persediaan bahan baku

Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya.  Kelancaran proses produksi bertahap dari produk yang dikerjakan harus didukung oleh beberapa kegiatan yang penting, kegiatan tersebut sangat mempengaruhi kelancaran seluruh kegiatan operasi perusahaan. Pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan- kegiatan yang berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan.


Pengertian pengendalian persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999:176) dalam buku ”Manajemen Produksi dan Operasi” adalah:
”Sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan- kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien”.


Pengedalian persediaan merupakan hal yang penting, karena jumlah persediaan masing-masing bahan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran produksi serta  keefektifan  dan   efisiensi  perusahaan  tersebut.     Jumlah  atau  tingkat persediaan yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan, tergantung dari volume produksinya, jenis pabrik dan prosesnya.
2.3.4.   Tujuan pengendalian persediaan bahan baku

Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan tentu mempunyai tujuan tertentu.   Tujuan pengendalian persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999: 177) adalah sebagai berikut:
1)  Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2)   Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3)  Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena akan   berakibat biaya pemesanan menjadi besar

2.3.5.   Sistem pengendalian persediaan bahan baku

Penentuan jumlah persediaan perlu ditentukan sebelum melakukan penilaian persediaan. Jumlah persediaan dapat ditentukan dengan dua sistem yang paling umum dikenal pada akhir periode yaitu:
1)   Periodic system, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik agar jumlah persediaan akhir dapat diketahui jumlahnya secara pasti.
2)   Perpectual  system,  atau  book  inventory   yaitu  setiap  kali  pengeluaran diberikan catatan administrasi barang persediaan.

2.4.   Analisa kebutuhan/Peramalan (Forecasting)

Analisa kebutuhan merupakan langkah bertujuan untuk melihat atau memperkirakan prospek ekonomi atau kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut. Peramalan (Forecasting) adalah suatu aktivitas yang berusaha memperkirakan penjualan dan penggunaan produk sehingga produk- produk tersebut dapat dibuat dalam jumlah atau kuantitas yang tepat (Vincent Gasperz, 2001). Peramalan tidak sama dengan prediksi, karena peramalan didasarkan pada data masa lalu yang diolah dengan teknik-teknik statistik. Peramalan dilakukan apabila yang diramalkan tidak pasti. Jika suatu kondisi dapat direncanakan atau dapat dihitung (bersifat pasti), maka tidak perlu menggunakan peramalan.


Istilah  Forecasting  merupakan  istilah  yang  diambil  dari  buku  “Forecasting Method and Application” karangan Makridalis Wheel Wright yang dapat diartikan sebagai upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Objek  yang diramalkan dapat meliputi apa saja tergantung kebutuhan (kebutuhan permintaan produk, kebutuhan bahan baku, dll).


Perencanaan produksi secara umum dilakukan berbasis pada peramalan (forecasting) akan permintaan di masa depan (John W. Toomey, 1996). Dengan peramalan yang benar akan dapat menghemat banyak baiya dan waktu dalam membuat  perencanaan  produksi.  Peramalan  jangka  panjang  dapat  digunakan untuk business plan, sedangkan peramalan jangka pendek digunakan untuk membuat master production plan. Peramalan diperlukan disamping untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang juga pada pengambil keputusan untuk menentukan perencanaan produksi keseluruhan (Agregate Production Planning), jadwal induk produksi (Master Production Schedulle), perencanaan kebutuhan bahan baku (Material Requirement Planning), serta segala sesuatunya yang membutuhkan perencanaan terlebih dahulu agar dalam proses produksi yang akan datang berjalan dengan baik karena segala sesuatunya telah dipersiapkan jauh lebih awal.


Dalam   suatu   manufakturing   peramalan   merupakan   langkah   awal   dalam penyusunan Production Inventory Management, Manufacturing and Planning Control, dan Manufacturing Resource Planning, dimana objek yang diramalkan adalah  kebutuhan.  Selain  itu  ada  beberapa  informasi  yang  penting  yang  bisa didapat dari peramalan yaitu informasi penjadwalan produksi, maupun informasi tentang rencana perluasan usaha baik jumlah atau sumber daya.


Peramalan adalah alat bantu yang penting untuk melakukan suatu perencanaan yang efektif dan efesien. Peramalan akan kebutuhan sangat diperlukan untuk:
a.   Memperkirakan  kebutuhan  apa  yang  akan  diperlukan  di  masa  yang  akan datang.
b.   Dasar pengambil keputusan untuk membuat perencanaan.




Pada industri yang menganut sistem Make to Stock peramalan merupakan input utama. Sedangkan pada industri yang menganut Make to Order peramalan hanya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan kebutuhan mesin.

2.4.1.   Karakteristik peramalan

Berberapa metode peramalan masing-masing mempunyai karakteristik tertentu, berikut ini adalah karakteristik metode peramalan  yang baik untuk digunakan ialah sebagai berikut:
1)   Mempunyai tingkat ketelitian

Tujuan utama peramalan adalah menghasilkan perkiraan yang akurat, oleh karena itu metode peramalan harus mempunyai tingkat ketelitian yang cukup, karena apabila tingkat ketelitian tidak diperhatikan akan menyebabkan kerugian yang disebabkan meningkatnya nilai inventory yang berlebihan ataupun perusahaan akan mengalami Lost Profit Probability dengan kata lain kehilangan peluang keuntungan karena kekurangan persediaan yang mengakibatkan kehilangan pelanggan.
2)   Minimasi ongkos peramalan

Lakukan peramalan dengan minimasi ongkos peramalan serta memperhatikan keakuratan peramalan, tingkat keakuratan dapat ditingkatkan dengan mengembangkan model lebih kompleks dengan konsekuensi biaya menjadi lebih mahal. Jadi ada nilai tukar antara biaya dan keakuratan.
3)   Kestabilan permintaan

Ramalan harus stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi demand atau naik turunya permintaan yang sering berubah-ubah setiap periodenya.
4)   Peramalan  sesuai kebutuhan

Teknik peramalan harus sederhana untuk menghindarkan salah interpretasi. Keuntungan  utama  menggunakan  peramalan  yang  sederhana  yaitu kemudahan untuk melakukan peramalan. Jika kesulitan terjadi pada metode sederhana, diagnosa yang dilakukan akan lebih mudah. Secara umum, lebih baik menggunakan metode paling sederhana yang sesuai dengan kebutuhan peramalan.

.4.2.  Prinsip peramalan

Dalam beberapa metode peramalan tentunya akan menghasilkan beberapa informasi yang berbeda hai itu tergantung pada kebutuhan yang diramalkan, oleh sebab itu beberapa prinsip yang haus diperhatikan dalam melakukan peramalan kebutuhan:
1)   Dalam peramalan slalu akan terjadi error (kesalahan peramalan).

Peramalan hanya mengurangi ketidakpastian tetapi tidak menghilangkannya, hal ini memungkinkan adanya kesalahan dalam setiap peramalan. maka pilih peramalan dengan nilai kemungkinan kesalahan terkecil.
2)   Kesalahan harus dapat diukur.

Peramalan sebaiknya memakai tolak ukur kesalahan peramalan. Besar kesalahan dapat dinyatakan dalam satuan unit  atau persentase permintaan aktual akan jatuh dalam interval peramalan.
3)   Meramalkan family produk akan lebih teliti daripada meramalkan end item

produk.

Jika satu family produk tertentu diramal sebagai satu kesatuan, persentase kesalahan cenderung lebih kecil dari pada persentase kesalahan peramalan produk-produk individu penyusunan family.
4)   Peramalan untuk jangka pendek akan lebih teliti daripada peramalan untuk jangka panjang.
Dalam waktu jangka pendek, kondisi yang mempengaruhi permintaan cenderung tetap atau berubah lambat, sehingga peramalan jangka pendek cenderung lebih akurat.

















2.5.   Economical Order Quantity (EOQ)

Untuk menentukan kebijakan persediaan yang tepat dapat digunakan analisis Kuantitas pesanan yang ekonomis (Economical Order Quantity). Economical Order Quantity merupakan salah satu model yang diperkenalkan oleh Ford Harris pada tahun 1914. Metode ini paling dikenal dalam teknik pengendalian persediaan dan banyak digunakan sampai saat ini.


Menurut Martono, D A Harjito dalam buku Manajemen Keuangan (2005: 85) “Economical  Order  Quantity  (EOQ)  adalah  jumlah  bahan  yang  dapat  dibeli dengan biaya persediaan yang minimal atau sering disebut jumlah pesanan bahan yang optimal”.


Dalam pengelolaan persedian bahan baku menggunakan metode ini ada dua jenis biaya yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1.    Biaya  Pesan  (Ordering  Cost)  yaitu  biaya  yang  dikeluarkan  dalam  proses pemesanan suatu barang.  Biaya pesan ini meliputi:
a.  Biaya selama proses pesanan b. Biaya pengiriman permintaan c.  Biaya penerimaan bahan
d. Biaya penempatan bahan kedalam gudang e.  Biaya proses pembayaran
2.    Biaya Simpan (Carrying Cost)   yaitu biaya  yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka proses penyimpanan suatu barang yang dibeli.
a. Biaya sewa gudang

b. Biaya pemeliharaan bahan di gudang

c. Biaya  modal  (bunga)  yang  diperlukan  untuk  investasi  barang  yang disimpan
d. Biaya asuransi

e. Biaya keusangan barang (kadaluarsa barang)







Elsayed, Boucher (1994 : 107) dalam bukunya ”Analysis and Control of Production System” metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan solusi untuk perkiraan tingkat pelayanan (Service Level) yang tinggi hingga 95%. Secara
matematis perhitungan EOQ dapat dihitung dengan persamaan:


            EOQ = 
            Keterangan  :

R    =    jumlah kebutuhan dalam unit
C    =    biaya pemesanan setiap kali pesan
H    =    biaya simpan per unit



2.8.   Titik pemesanan kembali (ReOrder Point)

ROP (Re Order Point) atau titik pemesanan kembali adalah saat harus diadakan pesanan  lagi  sehingga  penerimaan  bahan  yang  dipesan  tepat  pada  waktu persediaan diatas safety stock sama dengan nol (Martono, D A Harjito, 2005:  88). Untuk menentukan ReOrder Point (ROP) dapat digunakan persamaan sebagai
berikut:



Keterangan:

ROP    = Titik pemesanan kembali (sisa persediaan)


SS       = Persediaan pengaman (Safety Stock)

d          = Kebutuhan bahan baku Brown Creep per hari

LT       = (Lead Time)



Saat  kapan  pemesanan  harus  dilakukan  kembali  perlu  ditentukan  secara  baik karena kekeliruan saat pemesanan kembali tersebut dapat berakibat terganggunya proses produksi.
Ada dua faktor yang menentukan ReOrder Point:

1.    Penggunaan bahan selama Lead Time

Waktu tunggu (Lead Time) juga ditentukan oleh jarak antara perusahaan dan sumber bahan, alat transportasi yang digunakan dan lain sebagainya. Selama waktu tunggu   proses produksi diperusahaan tidak boleh terganggu. Oleh karena  itu,  penggunaan  bahan  selama waktu  tunggu  perlu  diperhitungkan dengan cermat sehingga perusahaan tidak sampai kekurangan bahan.
2.    Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Adalah persediaan minimal yang ada dalam perusahaan. Persediaan ini merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai di perusahaan. ROP harus dilakukan ketika jumlah barang atau bahan tepat sama dengan jumlah barang yang dijadikan safety stock ditambah kebutuhan selama waktu tertentu.