2.1.2 Persediaan
Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam operasi perusahaan, selain itu persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan normal pada suatu perusahaan yang dilakukan secara rutin untuk memproduksi barang yang selanjutnya ditimbulkan pada konsumen. Pengertian persediaan menurut Freddy Rangkuti yaitu :
“Salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara
continue diperoleh, diubah kemudian dijual kembali.”
Sedangkan pengertian persediaan menurut Warren Reeve Fess yang
diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan yaitu : “Digunakan untuk mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah
unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang digunakan untuk dijual kembali atau digunakan dalam proses produksi.
2.1.2.1 Tujuan Persediaan
Dalam perusahaan seperti perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang memiliki persediaan yang beraneka ragam jenisnya, sehingga persediaan memiliki tujuan. Tujuan persediaan menurut Freddy Rangkuti terdiri dari :
“1. Batch Stock/Lot Size Inventory
2. Fluctuations Stock
3. Anticipation Stock”
Adapun uraian dari tujuan persediaan adalah sebagai berikut :
1. Batch Stock/Lot Size Inventory, persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat ini.
2. Fluctuation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya persediaan, maka perusahaan dapat melakukan efisiensi produksi dan penghematan biaya angkut, dapat menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan atau tidak beraturan serta untuk mengatasi jumlah pesanan yang telah diramalkan sebelumnya.
2.1.2.2 Fungsi Persediaan
Setiap perusahaan dagang atau manufaktur sepakat bahwa persediaan memiliki fungsi yang sangat membantu dalam setiap kegiatan usaha. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa persediaan merupakan suatu hal vital dalam suatu perusahaan. Fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuti terdiri dari :
“1. Fungsi Decoupling
2. Fungsi Economic Lot Sizing
3. Fungsi Antisipasi”
Adapun uraian dari fungsi persediaan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.
2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi yaitu apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan
pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).
2.1.2.3 Sifat Persediaan
Selain fungsi dan tujuan seperti yang dijelaskan di atas, persediaan pun memiliki sifat-sifat yang tidak bisa disamakan dengan harta lainnya yang dimiliki oleh perusahaan. Sifat persediaaan dijelaskan menurut Sukrisno Agoes yaitu :
“1. Biasanya merupakan aktiva lancar (current assets), karena masa perputarannya biasanya kurang atau sama dengan satu tahun.
2. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri.
3. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan rugi laba, karena kesalahan dalam menentukan dalam menentukan persediaan pada akhir periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, pembagian deviden dan rugi laba ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan keuangan periode berikutnya.”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat persediaan merupakan aktiva lancar yang jumlahnya besar dan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi.
2.1.2.4 Jenis-jenis Persediaan
Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri pabrik (manufaktur), persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi. Karena itu jenis-jenis persediaan menurut Freddy Rangkuti terdiri dari :
“1. Persediaan Bahan Baku (raw material stock)
2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components)
3. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock)
4. Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock)
5. Persediaan Barang Jadi (finished good stock)”
Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut :
1. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu di proses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan barang- barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim pada langganan.
2.1.3 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan dalam suatu perusahaan sangat diperlukan karena dapat menentukan kemajuan suatu perusahaan dan agar bahan yang ada dalam suatu perusahaan tidak terlalu banyak sehingga menimbulkan keusangan dan tidak terlalu sedikit sehingga perusahaan tidak kehilangan penjualan atau laba yang di dapat. Pengertian pengendalian persediaan menurut William K. Carter dan Milton F. Usry yang diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo yaitu :
“Pengendalian persediaan dapat dicapai melalui organisasi fungsional, pelimpahan tanggung jawab dan bukti-bukti dokumenter yang diperoleh pada berbagai tahapan produksi. Ada dua tingkat pengendalian persediaan yaitu pengendalian unit dan pengendalian uang.”
Sedangkan pengendalian persediaan menurut Sofjan Assauri yaitu :
“Suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan part (bahan baku dan barang jadi) sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran proses produksi penjualan dan kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan lebih efektif dan efisien.”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 2 tingkat pengendalian persediaan yang penting untuk mengamankan persediaan terutama dalam penentuan dan pengaturan jumlahnya serta untuk menjaga kelancaran
proses produksi.
2.1.3.1 Tujuan Pengendalian Persediaan
Suatu pengendalian yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang dijalankan karena terdapatnya keseimbangan antara kerugian-kerugian serta penghematan
dengan adanya suatu tingkat persediaan tertentu, dan besarnya biaya dan modal yang dibutuhkan untuk mengadakan persediaan tersebut. Tujuan pengendalian persediaan menurut Sofjan Assauri sebagai berikut :
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya
yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan.
Biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan
Biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999:
172) dalam buku ”Manajemen Produksi” adalah:
1. Biaya pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim ke penjual, sampai barang-barang atau bahan- bahan tersebut dikirim dan diserahkan serta diinspeksi digudang. Yang
termasuk dalam biaya ini adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan bahan tersebut.
2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory Carrying Cost)
Biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan. Yang termasuk dalam biaya ini adalah semua biaya yang timbul karena barang disimpan yaitu biaya pergudangan.
3. Biaya kekurangan persediaan (Out of Stock Cost)
Biaya ini meliputi biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil daripada jumlah yang diperlukan seperti kerugiaan/biaya- biaya tambahan yang diperlukan karena pelanggan memesan suatu barang sedangkan bahan yang dibutuhkan tidak tersedia.
4. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (Capacity Associated Costs) Biaya-biaya tersebut terdiri atas biaya kerja lembur, biaya latihan, dan biaya pemberhentiaan kerja. Biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas, atau bila terlalu banyak atau sedikit kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu.
2.2.1. Persediaan bahan baku
Persediaan bahan baku menurut Assauri, Sofjan (1999: 171) adalah persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Dalam penyelenggaraan persediaan bahan baku dari suatu perusahaan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku tersebut. Menurut Ahyari, Agus dalam buku “Manajemen Produksi Pengendalian Produksi” (1986:163) faktor-faktor tersebut adalah:
1. Perkiraan pemakaian bahan baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembeliaan bahan baku, terlebih dahulu manajemen perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku untuk keperluan proses produksi dalam perusahaan. Dengan memperkirakan pemakaian bahan baku, maka manajemen perusahaan akan mempunyai gambaran tentang pemakaian bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi baik dalam hal jenis maupun jumlah bahan baku.
2. Harga bahan baku
Harga bahan baku yang akan dipergunakan di dalam perusahaan akan menjadi faktor penentu besarnya dana yang harus disediakan oleh perusahaan dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku. Semakin tinggi harga bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan, maka semakin besar pula dana untuk pengadaan bahan baku.
3. Biaya-biaya persediaan
Dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku, perusahaan akan menanggung biaya-biaya persediaan. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
4. Kebijakan pembelanjaan
Kebijakan pembelanjaan dalam perusahaan akan mempengaruhi kebijaksanaan pembelian dalam perusahaan, dalam hal ini termasuk penyelenggaraan persediaan bahan baku. Seberapa besar dana yang dapat dipergunakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku akan dipengaruhi oleh kebijaksanaan pembelanjaan yang dilaksanakan perusahaan.
5. Pemakaian bahan
Pemakaian bahan baku dari perusahaan dalam tahun-tahun sebelumnya untuk keperluan produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan bahan baku. Hubungan antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian bahan baku sesungguhnya harus dianalisis secara baik, sehingga akan membantu penyelenggaraan persediaan bahan baku dalam perusahaan.
6. Waktu tunggu (Lead Time)
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut. Waktu tunggu akan berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku pada saat pemesanan bahan baku sampai dengan datangnya bahan baku. Apabila pemesanan bahan baku yang akan dipergunakan tidak memperhitungkan waktu tunggu, maka kemungkinan akan terjadi kekurangan bahan baku yang akan menghambat proses produksi.
7. Model pembeliaan bahan (Method)
Model pembeliaan bahan yang dipergunakan oleh perusahaan akan menentukan besar kecilnya persediaan bahan baku yang diselenggarakan perusahaan. Model pembeliaan bahan yang berbeda akan dapat menghasilkan jumlah pembelian optimal yang berbeda pula.
8. Persediaan pengaman (Safety Stock)
Dengan tersediaanya persediaan pengaman, maka proses produksi di dalam perusahaan akan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan kehabisan bahan baku. Persediaan pengaman akan diselenggarakan dalam suatu jumlah tertentu yang tetap dalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
9. Pembelian kembali (Re Order Point)
Perusahaan akan mengadakan pembeliaan kembali terhadap bahan baku secara berkala dalam menjalankan operasi perusahaan. Pembelian kembali ini akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan, sehingga akan mendatangkan bahan baku tepat pada waktunya.
2.3.1. Pengertian pengendalian persediaan bahan baku
Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya. Kelancaran proses produksi bertahap dari produk yang dikerjakan harus didukung oleh beberapa kegiatan yang penting, kegiatan tersebut sangat mempengaruhi kelancaran seluruh kegiatan operasi perusahaan. Pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan- kegiatan yang berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan.
Pengertian pengendalian persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999:176) dalam buku ”Manajemen Produksi dan Operasi” adalah:
”Sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan- kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien”.
Pengedalian persediaan merupakan hal yang penting, karena jumlah persediaan masing-masing bahan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran produksi serta keefektifan dan efisiensi perusahaan tersebut. Jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan, tergantung dari volume produksinya, jenis pabrik dan prosesnya.
2.3.4. Tujuan pengendalian persediaan bahan baku
Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan tentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pengendalian persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999: 177) adalah sebagai berikut:
1) Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2) Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar
2.3.5. Sistem pengendalian persediaan bahan baku
Penentuan jumlah persediaan perlu ditentukan sebelum melakukan penilaian persediaan. Jumlah persediaan dapat ditentukan dengan dua sistem yang paling umum dikenal pada akhir periode yaitu:
1) Periodic system, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik agar jumlah persediaan akhir dapat diketahui jumlahnya secara pasti.
2) Perpectual system, atau book inventory yaitu setiap kali pengeluaran diberikan catatan administrasi barang persediaan.
2.4. Analisa kebutuhan/Peramalan (Forecasting)
Analisa kebutuhan merupakan langkah bertujuan untuk melihat atau memperkirakan prospek ekonomi atau kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut. Peramalan (Forecasting) adalah suatu aktivitas yang berusaha memperkirakan penjualan dan penggunaan produk sehingga produk- produk tersebut dapat dibuat dalam jumlah atau kuantitas yang tepat (Vincent Gasperz, 2001). Peramalan tidak sama dengan prediksi, karena peramalan didasarkan pada data masa lalu yang diolah dengan teknik-teknik statistik. Peramalan dilakukan apabila yang diramalkan tidak pasti. Jika suatu kondisi dapat direncanakan atau dapat dihitung (bersifat pasti), maka tidak perlu menggunakan peramalan.
Istilah Forecasting merupakan istilah yang diambil dari buku “Forecasting Method and Application” karangan Makridalis Wheel Wright yang dapat diartikan sebagai upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Objek yang diramalkan dapat meliputi apa saja tergantung kebutuhan (kebutuhan permintaan produk, kebutuhan bahan baku, dll).
Perencanaan produksi secara umum dilakukan berbasis pada peramalan (forecasting) akan permintaan di masa depan (John W. Toomey, 1996). Dengan peramalan yang benar akan dapat menghemat banyak baiya dan waktu dalam membuat perencanaan produksi. Peramalan jangka panjang dapat digunakan untuk business plan, sedangkan peramalan jangka pendek digunakan untuk membuat master production plan. Peramalan diperlukan disamping untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang juga pada pengambil keputusan untuk menentukan perencanaan produksi keseluruhan (Agregate Production Planning), jadwal induk produksi (Master Production Schedulle), perencanaan kebutuhan bahan baku (Material Requirement Planning), serta segala sesuatunya yang membutuhkan perencanaan terlebih dahulu agar dalam proses produksi yang akan datang berjalan dengan baik karena segala sesuatunya telah dipersiapkan jauh lebih awal.
Dalam suatu manufakturing peramalan merupakan langkah awal dalam penyusunan Production Inventory Management, Manufacturing and Planning Control, dan Manufacturing Resource Planning, dimana objek yang diramalkan adalah kebutuhan. Selain itu ada beberapa informasi yang penting yang bisa didapat dari peramalan yaitu informasi penjadwalan produksi, maupun informasi tentang rencana perluasan usaha baik jumlah atau sumber daya.
Peramalan adalah alat bantu yang penting untuk melakukan suatu perencanaan yang efektif dan efesien. Peramalan akan kebutuhan sangat diperlukan untuk:
a. Memperkirakan kebutuhan apa yang akan diperlukan di masa yang akan datang.
b. Dasar pengambil keputusan untuk membuat perencanaan.
Pada industri yang menganut sistem Make to Stock peramalan merupakan input utama. Sedangkan pada industri yang menganut Make to Order peramalan hanya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan kebutuhan mesin.
2.4.1. Karakteristik peramalan
Berberapa metode peramalan masing-masing mempunyai karakteristik tertentu, berikut ini adalah karakteristik metode peramalan yang baik untuk digunakan ialah sebagai berikut:
1) Mempunyai tingkat ketelitian
Tujuan utama peramalan adalah menghasilkan perkiraan yang akurat, oleh karena itu metode peramalan harus mempunyai tingkat ketelitian yang cukup, karena apabila tingkat ketelitian tidak diperhatikan akan menyebabkan kerugian yang disebabkan meningkatnya nilai inventory yang berlebihan ataupun perusahaan akan mengalami Lost Profit Probability dengan kata lain kehilangan peluang keuntungan karena kekurangan persediaan yang mengakibatkan kehilangan pelanggan.
2) Minimasi ongkos peramalan
Lakukan peramalan dengan minimasi ongkos peramalan serta memperhatikan keakuratan peramalan, tingkat keakuratan dapat ditingkatkan dengan mengembangkan model lebih kompleks dengan konsekuensi biaya menjadi lebih mahal. Jadi ada nilai tukar antara biaya dan keakuratan.
3) Kestabilan permintaan
Ramalan harus stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi demand atau naik turunya permintaan yang sering berubah-ubah setiap periodenya.
4) Peramalan sesuai kebutuhan
Teknik peramalan harus sederhana untuk menghindarkan salah interpretasi. Keuntungan utama menggunakan peramalan yang sederhana yaitu kemudahan untuk melakukan peramalan. Jika kesulitan terjadi pada metode sederhana, diagnosa yang dilakukan akan lebih mudah. Secara umum, lebih baik menggunakan metode paling sederhana yang sesuai dengan kebutuhan peramalan.
.4.2. Prinsip peramalan
Dalam beberapa metode peramalan tentunya akan menghasilkan beberapa informasi yang berbeda hai itu tergantung pada kebutuhan yang diramalkan, oleh sebab itu beberapa prinsip yang haus diperhatikan dalam melakukan peramalan kebutuhan:
1) Dalam peramalan slalu akan terjadi error (kesalahan peramalan).
Peramalan hanya mengurangi ketidakpastian tetapi tidak menghilangkannya, hal ini memungkinkan adanya kesalahan dalam setiap peramalan. maka pilih peramalan dengan nilai kemungkinan kesalahan terkecil.
2) Kesalahan harus dapat diukur.
Peramalan sebaiknya memakai tolak ukur kesalahan peramalan. Besar kesalahan dapat dinyatakan dalam satuan unit atau persentase permintaan aktual akan jatuh dalam interval peramalan.
3) Meramalkan family produk akan lebih teliti daripada meramalkan end item
produk.
Jika satu family produk tertentu diramal sebagai satu kesatuan, persentase kesalahan cenderung lebih kecil dari pada persentase kesalahan peramalan produk-produk individu penyusunan family.
4) Peramalan untuk jangka pendek akan lebih teliti daripada peramalan untuk jangka panjang.
Dalam waktu jangka pendek, kondisi yang mempengaruhi permintaan cenderung tetap atau berubah lambat, sehingga peramalan jangka pendek cenderung lebih akurat.
2.5. Economical Order Quantity (EOQ)
Untuk menentukan kebijakan persediaan yang tepat dapat digunakan analisis Kuantitas pesanan yang ekonomis (Economical Order Quantity). Economical Order Quantity merupakan salah satu model yang diperkenalkan oleh Ford Harris pada tahun 1914. Metode ini paling dikenal dalam teknik pengendalian persediaan dan banyak digunakan sampai saat ini.
Menurut Martono, D A Harjito dalam buku Manajemen Keuangan (2005: 85) “Economical Order Quantity (EOQ) adalah jumlah bahan yang dapat dibeli dengan biaya persediaan yang minimal atau sering disebut jumlah pesanan bahan yang optimal”.
Dalam pengelolaan persedian bahan baku menggunakan metode ini ada dua jenis biaya yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Biaya Pesan (Ordering Cost) yaitu biaya yang dikeluarkan dalam proses pemesanan suatu barang. Biaya pesan ini meliputi:
a. Biaya selama proses pesanan b. Biaya pengiriman permintaan c. Biaya penerimaan bahan
d. Biaya penempatan bahan kedalam gudang e. Biaya proses pembayaran
2. Biaya Simpan (Carrying Cost) yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka proses penyimpanan suatu barang yang dibeli.
a. Biaya sewa gudang
b. Biaya pemeliharaan bahan di gudang
c. Biaya modal (bunga) yang diperlukan untuk investasi barang yang disimpan
d. Biaya asuransi
e. Biaya keusangan barang (kadaluarsa barang)
Elsayed, Boucher (1994 : 107) dalam bukunya ”Analysis and Control of Production System” metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan solusi untuk perkiraan tingkat pelayanan (Service Level) yang tinggi hingga 95%. Secara
matematis perhitungan EOQ dapat dihitung dengan persamaan:
EOQ =
Keterangan :
R = jumlah kebutuhan dalam unit
C = biaya pemesanan setiap kali pesan
H = biaya simpan per unit
2.8. Titik pemesanan kembali (ReOrder Point)
ROP (Re Order Point) atau titik pemesanan kembali adalah saat harus diadakan pesanan lagi sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu persediaan diatas safety stock sama dengan nol (Martono, D A Harjito, 2005: 88). Untuk menentukan ReOrder Point (ROP) dapat digunakan persamaan sebagai
berikut:
Keterangan:
ROP = Titik pemesanan kembali (sisa persediaan)
SS = Persediaan pengaman (Safety Stock)
d = Kebutuhan bahan baku Brown Creep per hari
LT = (Lead Time)
Saat kapan pemesanan harus dilakukan kembali perlu ditentukan secara baik karena kekeliruan saat pemesanan kembali tersebut dapat berakibat terganggunya proses produksi.
Ada dua faktor yang menentukan ReOrder Point:
1. Penggunaan bahan selama Lead Time
Waktu tunggu (Lead Time) juga ditentukan oleh jarak antara perusahaan dan sumber bahan, alat transportasi yang digunakan dan lain sebagainya. Selama waktu tunggu proses produksi diperusahaan tidak boleh terganggu. Oleh karena itu, penggunaan bahan selama waktu tunggu perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga perusahaan tidak sampai kekurangan bahan.
2. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Adalah persediaan minimal yang ada dalam perusahaan. Persediaan ini merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai di perusahaan. ROP harus dilakukan ketika jumlah barang atau bahan tepat sama dengan jumlah barang yang dijadikan safety stock ditambah kebutuhan selama waktu tertentu.
kenapa kok gak lengkap waktu saya lihat
BalasHapustolong kirim makalah ini dengan lengkap mulai cover - dftar pustakanya yaa
ke noviaindrawati12@yahoo.com
terimakasiih